Gigi Dall’Igna, sosok yang dikenal sebagai jenius di dunia balap, selalu memiliki keinginan untuk bekerja dengan pembalap terbaik. Sejak masa-masa awalnya di Aprilia, di mana ia berhasil mendominasi kejuaraan seperempat liter, Dall’Igna telah menunjukkan kemampuannya dalam mengembangkan tim balap. Namun, saat ia bergabung dengan Ducati, tantangan baru muncul, dan salah satu keputusan terbesarnya adalah merekrut Jorge Lorenzo pada tahun 2017. Tahun lalu, ia berhasil meyakinkan Jorge Martin untuk bergabung dengan tim pabrikan, tetapi tiba-tiba Martin memilih untuk membalap bersama Marc Marquez, sebuah langkah yang terbukti sukses.
Keputusan ini berujung pada perpisahan Paolo Campinoti, pemilik tim Pramac Racing, dengan Ducati setelah dua dekade menjalin hubungan erat. Campinoti memutuskan untuk pindah ke Yamaha, sementara Ducati melanjutkan perjalanannya dengan Marquez, yang perlahan-lahan menyembuhkan luka dari perpisahan tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia, Corriere della Sera, Campinoti mengungkapkan, “Gigi adalah seorang jenius. Baginya, sangat menyenangkan bisa mengandalkan pembalap terkuat dalam beberapa tahun terakhir.” Ia juga menambahkan, “Marc mempertaruhkan segalanya untuknya, dia menyerah setelah ‘pacaran’ yang sangat lama. Gigi adalah seorang insinyur yang sedikit playboy.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa hubungan Marquez dan Dall’Igna telah terjalin selama bertahun-tahun, bahkan sejak Marquez masih bersama Honda.
Campinoti mengakui bahwa ia memahami keputusan Marquez untuk bergabung dengan Ducati, meskipun itu berarti mengucapkan selamat tinggal kepada tim yang telah membesarkannya. “Saya tidak akan membuat keputusan itu, tapi saya memahaminya. Pilihan itu juga yang membuat saya memutuskan untuk memilih Yamaha,” tambahnya.
Meskipun perpisahan itu menyakitkan, Campinoti menyadari bahwa hubungan profesional tetap harus dijaga. “Saya selalu merasa bahwa tanpa Gigi Dall’Igna, saya akan kehilangan anggota keluarga atau teman, tapi kami adalah profesional dan mereka akan menerimanya seperti halnya saya,” ujarnya. Ia menyebutkan bahwa tahun-tahun yang dihabiskan bersama Ducati meninggalkan kenangan yang mendalam.
Musim lalu, kejuaraan dimenangi oleh Jorge Martin, yang memiliki hubungan luar biasa dengan Campinoti, mirip seperti hubungan ayah dan anak. Namun, sayangnya, Martin mengalami tahun yang penuh kesialan, dengan dua kecelakaan yang mengakibatkan patah tangan dan kaki. Dia akan absen setidaknya dua Grand Prix lagi,” kata Campinoti, merujuk pada MotoGP Argentina dan Amerika Serikat.
Dalam wawancara tersebut, Campinoti juga membahas tentang hubungan Marquez dengan rekan setimnya, Pecco Bagnaia, dan dampak persahabatan mereka dengan Valentino Rossi. “Ini adalah perang dingin, butuh seseorang untuk menyelesaikannya. Orang terakhir yang ingin melihat Valentino menang adalah Marquez. Hal ini mungkin sedikit mempengaruhi atmosfer, ketenangan secara umum, tapi itu normal, ini adalah luka yang terbuka,” ungkapnya.
Kini, Valentino Rossi telah beralih ke ajang balap mobil GT, tetapi jejaknya di dunia MotoGP tetap terasa. Dengan berbagai dinamika yang terjadi antara pembalap, tim, dan manajer, dunia MotoGP terus menyajikan drama yang menarik untuk disaksikan. Para penggemar di Indonesia tentu tidak sabar menantikan balapan selanjutnya dan melihat bagaimana kisah-kisah ini akan berlanjut.
Dengan semua yang terjadi, satu hal yang pasti: MotoGP adalah dunia yang penuh dengan kejutan, persaingan, dan hubungan yang rumit antara pembalap, tim, dan manajer. Mari kita tunggu bagaimana perjalanan Marquez dan Dall’Igna selanjutnya dalam dunia balap yang penuh warna ini.