Pembalap Pramac Racing, Miguel Oliveira, belum bisa kembali ke lintasan setelah mengalami cedera dalam insiden di Termas de Río Hondo. Pada Sabtu lalu, ia terlibat kecelakaan dengan Fermín Aldeguer yang mengakibatkan patah tulang selangka kiri. Meskipun hasil tes awal menunjukkan tidak ada patah tulang, pemeriksaan lebih lanjut di rumah mengungkapkan bahwa ia mengalami cedera pada tulang selangka dan tulang dada. Akibatnya, Oliveira harus absen di Grand Prix Spanyol yang akan berlangsung dalam dua minggu ke depan.
Namun, semangat Oliveira tetap tinggi. Ia melakukan perjalanan ke Qatar, mengikuti jejak Jorge Martin yang sebelumnya juga mengalami insiden di Austin. Di Losail, Oliveira berbagi kabar terbaru mengenai cederanya yang ia sebut “sangat tidak biasa”. Ia juga mengungkapkan pandangannya tentang penggunaan kantong udara di MotoGP yang sudah diterapkan sejak 2018.
Oliveira mengakui bahwa kantong udara memberikan perlindungan yang signifikan dalam banyak kecelakaan, bahkan mampu menyelamatkan nyawa. Namun, ia mempertanyakan efektivitasnya dalam kasus tertentu, seperti yang dialaminya sendiri. “Masalah kantong udara memang menarik. Saya tidak yakin apakah kantong udara benar-benar melindungi. Saya mengalami dislokasi bahu dan cedera tulang dada, tetapi tidak patah tulang selangka. Namun, kami telah melihat pembalap lain mengalami patah tulang selangka meskipun menggunakan airbag,” ungkap Oliveira. Ia menyoroti bahwa dalam kecelakaan di mana lengan pengendara terentang, aktivasi kantong udara mungkin justru berkontribusi pada cedera.
Oliveira juga menyatakan kekhawatirannya saat berkendara di atas gravel dengan menggunakan airbag. “Saya tidak mengatakan bahwa kita harus meniadakannya, tapi saya pikir itu bisa ditingkatkan, terutama dalam hal jumlah udara yang masuk ke dalam sistem. Saya rasa terserah FIM untuk membuka dialog dengan para pemasok,” tambahnya.
Menanggapi pernyataan Oliveira, Motorsport.com menghubungi Alpinestars, salah satu pemasok utama baju balap di MotoGP. Meskipun Oliveira kini menggunakan Dainese setelah perjanjian global dengan tim Pramac Racing, Alpinestars mengakui bahwa sistem kantong udara dapat ditingkatkan, namun tidak realistis untuk kembali ke sistem lama. “Kasus Miguel adalah salah satu pengecualian. Ia sangat tidak beruntung. Namun, pada sebagian besar kecelakaan, airbag sangat mengurangi risiko cedera,” ujar seorang sumber dari Alpinestars.
Sumber tersebut juga menambahkan bahwa algoritma untuk aktivasi kantong udara dapat disempurnakan agar lebih tepat sasaran. “Tentu saja, kantung udara akan tetap ada,” tegasnya.
Oliveira juga menunjukkan bahwa setiap pengendara memiliki preferensi yang berbeda terkait konstruksi baju balap. “Masing-masing dari kita lebih menyukai konstruksi tertentu. Sebagai contoh, saya ingin yang sangat ketat agar tidak bergerak. Itulah mengapa saya ingin pabrikan yang berbeda mendiskusikan hal ini dengan FIM,” jelasnya. Ia mengatakan bahwa hasil pemindaian CAT yang akan dilakukannya pekan depan akan menentukan apakah ia bisa kembali berlaga di Jerez atau tidak.
Dengan segala tantangan yang dihadapi, Oliveira tetap optimis dan berharap dapat segera kembali ke lintasan. Bagi para penggemar MotoGP di Indonesia, kisahnya menjadi pengingat tentang risiko yang dihadapi para pembalap serta pentingnya inovasi dalam perlindungan keselamatan di dunia balap motor.