Home Otomotif Toyota Membahas Strategi Konversi Mobil Lama ke Listrik

Toyota Membahas Strategi Konversi Mobil Lama ke Listrik

by Rohmat Ali

Elektrifikasi Transportasi: Kunci Menuju Net Zero Emission di Indonesia

Indonesia memiliki ambisi besar untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060, atau bahkan lebih cepat. Seperti yang diungkapkan dalam target pengurangan emisi gas rumah kaca hingga tahun 2030 yang ditetapkan oleh Indonesia sendiri. Dalam usaha mencapai target ini, sektor transportasi menjadi salah satu yang didorong untuk mengadopsi teknologi elektrifikasi, khususnya dalam penggunaan mobil battery electric vehicles (BEV).

Menurut data dari Available Light, tahun 2023, seringkali ada peningkatan polusi udara, kebisingan, dan kemacetan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi pemerintah Indonesia yang memiliki komitmen kuat untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Namun, mengurangi emisi gas rumah kaca tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Menurut Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Bob Azzam, hanya mengandalkan penjualan mobil baru tidak akan cukup untuk mencapai target pengurangan emisi. Dikarenakan saat ini terdapat lebih dari 10 juta mobil bermesin bensin yang beredar, jumlah ini semakin meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, diperlukan sebuah solusi yang lebih holistik, seperti mengkonversi mobil bensin lama menjadi mobil listrik.

Toyota telah memulai langkah-langkah untuk menemukan solusi dalam mengurangi emisi mobil lama, salah satunya adalah dengan melakukan konversi Euro2 menjadi Euro4 untuk memperbaiki kualitas emisinya. Selain dari sisi konversi, Toyota juga mempelajari penggunaan flexy engine pada mobil-mobil hybrid, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam pengurangan emisi karbon.

Selain mengkonversi mobil lama dan mempelajari penggunaan flexy engine pada mobil-mobil hybrid, Toyota juga tertarik pada penelitian tentang penggunaan biofuel dalam kendaraan. Biomassa dari sumber energi terbarukan, seperti etanol dari cangkang sawit di Sumatera dan molasses dari pabrik gula di Jawa, memiliki potensi besar untuk membantu dalam penurunan emisi. Opsi ini sangat cocok dengan karakteristik Indonesia yang kaya akan sumber energi terbarukan.

Pengembangan energi biomassa di tiap-tiap daerah di Indonesia akan menjadi langkah krusial dalam menciptakan transisi menuju energi baru terbarukan. Hal ini juga sejalan dengan pola transisi energi yang dibayangkan oleh TMMIN, yang tidak hanya memperbesar kapasitas pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT), tetapi juga melibatkan wilayah yang memiliki potensi terkait biomassa.

Namun, langkah-langkah ini tidak dapat diimplementasikan dengan mulus jika tidak didukung oleh insentif pemerintah. Bob Azzam menyatakan bahwa insentif diperlukan untuk mendorong penggunaan energi yang lebih baik, terutama dalam mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Dalam hal ini, pemerintah perlu memiliki pandangan yang jelas terkait dengan pandangan idealistik dan realistik dalam upaya transisi energi yang lebih bersih.

Namun, dalam upaya untuk mencapai target Net Zero Emission, juga terdapat tantangan baru yang muncul seperti greenflation. Istilah ini merujuk pada kenaikan harga barang dan jasa akibat transisi ke ekonomi yang lebih ramah lingkungan atau netral karbon. Contohnya adalah kenaikan harga lithium yang digunakan untuk membuat baterai mobil listrik.

Dalam mengatasi greenflation, meningkatkan efisiensi energi dan penggunaan sumber energi terbarukan yang lebih murah dan bersih menjadi salah satu kunci utama. Selain itu, dukungan dalam bentuk penelitian dan inovasi teknologi juga penting dalam menurunkan biaya produksi dan konsumsi barang dan jasa yang ramah lingkungan.

Tentu saja, kerja sama internasional juga akan sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan-tantangan dalam transisi energi. Melalui kerja sama ini, diharapkan akan tercipta pasar karbon yang teratur dan insentif bagi sektor-sektor yang berkontribusi pada transisi energi yang lebih hijau dan bersih.

Meskipun terdapat berbagai tantangan dan kompleksitas dalam mencapai Net Zero Emission, bukan berarti hal ini adalah tujuan yang tidak realistis. Dengan tekad dan kerja keras yang terus-menerus, bersama-sama kita dapat mencapai lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. Dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah, industri, dan masyarakat, merupakan kunci utama dalam mewujudkan impian bersama ini. Ayo kita bergandengan tangan dalam perubahan energi yang lebih baik demi masa depan yang lebih baik pula!

Related Articles

Leave a Comment

twenty − nineteen =

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept

Adblock Detected

Please support us by disabling your AdBlocker extension from your browsers for our website.