Pedro Acosta, pembalap muda berbakat asal Murcia, baru-baru ini merasakan momen yang cukup mengecewakan dalam kariernya di MotoGP. Meski berhasil mendapatkan tiket langsung ke kualifikasi kedua (Q2) setelah sesi latihan, hasil yang diraihnya pada kualifikasi di Jerez pada Sabtu (26/4/2025) tidak sesuai harapan. Ia harus memulai balapan dari barisan keempat, yang tentu saja menjadi tantangan tersendiri.
Saat balapan Sprint Race berlangsung, Acosta hanya mampu menyelesaikan perlombaan di posisi kesepuluh, terpaut 12,6 detik dari Marc Marquez, atau lebih dari satu detik per lap. “Saya berharap lebih, tapi kami harus terus bekerja dan memahami banyak hal. Ada banyak hal yang luput dari kami,” ungkap Acosta. Ia mengaku bingung dengan perbedaan antara performanya di kualifikasi dan saat Sprint Race, di mana perasaannya tidak terlalu buruk.
Acosta menyadari bahwa perubahan temperatur dapat memengaruhi perilaku aspal, yang membuatnya kesulitan mengendalikan motornya. Meskipun demikian, ada satu hal positif yang bisa diambil dari balapan tersebut, yaitu penampilan konsisten Maverick Vinales. Pembalap asal Spanyol ini berhasil finis sebagai pembalap non-Ducati terbaik di urutan ketujuh. “Sudah jelas bahwa siapa pun yang melaju cepat dengan motor kami adalah pertanda baik. Kami harus menyesuaikannya,” jelas Acosta. Ia juga menambahkan bahwa masalah yang dihadapi Vinales sangat mirip dengan yang dialaminya.
Acosta mengakui bahwa pengalaman Vinales sangat berharga bagi tim. Ia adalah pembalap dengan banyak pengalaman, dia cepat di Yamaha dan Aprilia. Ketika Anda mendengarkannya, ia mengatakan banyak hal dengan logika yang kuat karena pengalamannya. Sangat positif bahwa ia bekerja dengan baik,” katanya.
Menjelang balapan panjang yang akan datang, Acosta berharap penggunaan ban medium dapat membantunya mengatasi masalah getaran yang dialaminya sebelumnya, seperti di Qatar. “Ini akan menjadi balapan yang panjang untuk semua orang dengan keausan ban,” tegasnya.
Kembali ke bulan lalu di Austin, Acosta menggambarkan tes yang dilakukan di Jerez sebagai “hari terpenting dalam setahun.” Ia menekankan pentingnya tes tersebut, terutama menjelang dua balapan selanjutnya dan tes di Aragon pada 9 Juni. “Tes itu penting, tapi mari kita mulai dengan hari Minggu terlebih dahulu,” ujarnya.
Meski baru berusia 20 tahun, Acosta kini memasuki musim kelimanya di Kejuaraan Dunia, dan musim keduanya di MotoGP. Ia mengungkapkan bahwa saat ini adalah masa yang paling frustrasi dalam hidupnya. “Ini adalah momen paling membuat frustrasi dalam hidup saya, tidak hanya dalam lima tahun saya berada di Kejuaraan Dunia. Tidak mudah untuk merasa terbatasi. Kami harus terus bekerja,” katanya.
Acosta mengingat tahun lalu, di mana ia menjadi referensi di pabrik Austria. Kini, situasinya terasa lebih membingungkan. “Saya tak peduli siapa yang menjadi acuan di KTM selama mereka memiliki motor yang bekerja. Itu sudah cukup baik bagi saya,” tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa masalah muncul ketika tim tiba di sirkuit dengan tujuan yang jelas, tetapi tidak dapat mencapainya. “Sesulit apa pun itu, selalu ada cara A atau cara B untuk mendaki gunung. Tetapi ketika tidak ada cara, maka akan muncul rasa frustrasi,” tutupnya.
Dengan semangat yang tetap tinggi, Pedro Acosta bertekad untuk terus belajar dan beradaptasi, berharap dapat meraih hasil yang lebih baik di balapan-balapan mendatang. Penggemar MotoGP di Indonesia tentu akan terus mengikuti perjalanan menarik dari pembalap muda ini.